Pages

Friday, December 22, 2017

Mengapa Pola Makan dan kebiasaan Makan Kita Berbeda-Beda?

Makanan menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk mempertahankan  fungsi-fungsi fisiologis dan beraktivitas. Tetapi sebagian besar dari kita tidak mengkonsumsi makanan untuk alasan tersebut.  Terdapat berbagai hal yang berperan sehingga melahirkan pola makan dan kebiasaan makan yang berbeda-beda.  
Sebelum dibahas lebih lanjut, perlu dibedakan antara pola makan dan kebiasaan makan. Pola makan (food pattern) merupakan gambaran jenis, jumlah dan frekuensi bahan makanan yang dimakan setiap hari dan menggambarkan ciri khas suatu kelompok tertentu. Pola makan suatu masyarakat telah terbentuk dan diturunkan sejak ratusan tahun. Berbeda dengan pola makan, kebiasaan makan (food habit) lebih tergantung pada individu dan terbentuk oleh selera serta ketersediaan makanan di rumah tangga.



Dalam berbagai kebudayaan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pola makan dan kebiasaan makan.

1. Agrikultur
Hasil pertanian dan peternakan suatu daerah sangat berhubungan dengan pola makan masyarakatnya. Di Indonesia sendiri, dikenal berbagai variasi makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat. Walaupun sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, namun di beberapa daerah tertentu memiliki makanan pokok sesuai dengan hasil pertanian di daerah tersebut, misalnya masyarakat Papua yang mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok.

2. Iklim
Orang-orang yang tinggal di daerah beriklim dingin umumnya lebih banyak mengkonsumsi makanan berlemak daripada yang tinggal di daerah beriklim panas. Kandungan lemak yang tinggi diperlukan untuk menjaga agar suhu tubuh tetap stabil. Selain itu, iklim juga sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian dan peternakan suatu daerah.

3. Letak Geografis
Masyarakat yang hidup di dekat laut dan lingkungan perairan umumnya banyak mengkonsumsi ikan dan hasil laut dalam pola makan sehari-hari.  Masyarakat Jepang umumnya menyajikan ikan baik diolah dengan digoreng, dipanggang, maupun direbus dalam makanan sehari-hari bersama dengan makanan pokok yaitu nasi.

4.  Agama dan Kepercayaan
Agama dan kepercayaan tidak hanya mengatur jenis makanan yang boleh dikonsumsi, tetapi juga mengatur waktu –waktu tertentu untuk makan. Agama Islam membagi makanan menjadi halal (diperbolehkan) dan haram (dilarang). Daging babi, darah, bangkai, dan alkohol termasuk makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh pemeluk agama Islam. Selama bulan Ramadhan dalam penanggalan Hijriyah, umat Muslim melaksanakan ibadah puasa yaitu tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga matahari terbenam.  Sedangkan pemeluk agama Hindu dilarang untuk mengkonsumsi daging sapi.

5. Persepsi Individu Terhadap Makanan
Persepsi individu terhadap makanan lebih berpengaruh pada kebiasaan makan. Setiap orang memiliki selera dan sikap terhadap makanan yang berbeda. Kebiasaan makan setiap orang dalam satu keluarga pun dapat berbeda-beda. Misalnya, seorang anak biasa sarapan pukul 06:00 dengan mengkonsumsi roti. Sedangkan ayah biasa sarapan pukul 08:00 dikantor dengan mengkonsumsi nasi.




Regards,


Mawar Lestari

Technical Registered Dietitian

No comments:

Post a Comment